
Media Tata Ruang – Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) dibangun dua tahun menjelang Asian Games IV 1962. Jakarta. Soekarno, seperti dikutip Harian Merdeka, 1 Maret 1962, menganggap Asian Games sebagai usaha perjuangan ‘nation building‘. Yakni meningkatkan taraf hidup rakyat Indonesia sebagai suatu bangsa yang bahagia dan terhormat di dunia.
Disebutkan kalau sejak tahun 1950-an Soekarno memang punya mimpi untuk membangun stadion sepakbola terbesar di dunia. Tapi bukan sembarang stadion yang dia mau. Salah satu syarat yang diminta adalah stadion tersebut memiliki atap temu gelang (berbentuk melingkar mengelilingi stadion dan bertemu di kedua ujungnya), pekerjaan arsitektur semacam itu dianggap sesuatu yang nyaris mustahil di periode tersebut.
Tepatnya pada 8 Februari 1960 Soekarno secara resmi memulai pembangunan Stadion Utama setelah menancapkan tiang pancang pertama. Sekitar dua tahun kemudian, atau pada 21 Juli 1962, stadion kebangaan Indonesia itu benar-benar tuntas dibangun. Stadion Utama merupakan bagian dari komplek olahraga Senayan yang dibangun sebagai bagian dari persiapan menjadi tuan rumah Asian Games IV.
Pembangunannya didanai dengan kredit lunak dari Uni Soviet sebesar 12,5 juta dollar AS yang kepastiannya diperoleh pada 23 Desember 1958. Dan tentunya dengan dana yang cukup besar tersebut itu menjadikan galanggang olahraga ini sebagai stadion sepakbola terbesar di Indonesia.Hingga saat ini, Gelora Bung Karno merupakan satu-satunya stadion yang benar-benar berstandar internasional di Indonesia Usai jadi tuan rumah Asian Games 1962, setahun berselang Indonesia menggelar Ganefo (Games of The New Emerging Forces). Seluruh kegiatan olahraga Ganefo juga berpusan di Stadion Utama ini.
Melihat letak geografis dan pengembangan kota Jakarta di kemudian hari, maka pilihan jatuh ke arah selatan yaitu daerah Senayan, yang merupakan batas antara Jakarta Kota dan Satelit Kebayoran Baru.
Sebuah konsep modern nan hijau di rencanakan Soekarno untuk pembangunan Stadion termegah ini, alhasil Stadion ini pun berdiri dengan standar Internasional, Luas, dan juga mampu menampung hingga 100 ribu penonton ketika baru berdiri. Saking luasnya, Soekarno harus mengorbankan 4 Desa yang berisi lebih dari 60 ribu penduduk untuk diungsikan.
Pada tanggal 21 Juli 1962, Stadion Utama Gelora Bung Karno dengan kapasitas 100.000 orang penonton telah selesai dibangun, dengan Sumbu panjang bangunan (utara – selatan) sepanjang 354 meter, sumbu pendek (timur – barat) sepanjang 325 meter. Stadion ini dikelilingi oleh jalan lingkar luar sepanjang 920 meter. Bagian dalam terdapat lapangan sepak bola berukuran 105 x 70 meter, berikut lintasan lari berbentuk elips, dengan sumbu panjang 176,1 meter dan sumbu pendek 124,2 meter.
Yang lebih luar biasa lagi dari SUGBK adalah ciri khas atap ‘temu gelang’. Atap oval yang melingkari stadion itu adalah murni ide dari proklamator kita, bapak Ir. Soekarno semata-mata untuk menunjukkan kehebatan negara kita pada negara-negara lain di dunia.
Berikut adalah cuplikan pidato beliau ketika memerintahkan arsitek untuk membangun atap ‘temu gelang’.
“Saya memerintahkan kepada arsitek-arsitek Uni Soviet, bikinkan atap temu gelang daripada mainstadium yang tidak ada di lain tempat di seluruh dunia. Bikin seperti itu. Meskipun mereka tetap berkata, yah tidak mungkin Pak. Tidak biasa, tidak lazim, tidak galib, kok ada stadion atapnya temu gelang, di mana-mana atapnya ya sebagian saja. Tidak, saya katakan sekali lagi, tidak. Atap stadion kita harus temu gelang.Tidak lain dan tidak bukan oleh karena saya ingin Indonesia kita ini bisa tampil secara luar biasa. Kecuali praktis juga ada gunanya, supaya penonton terhindar dari teriknya matahari. Sehingga ikut mengangkat nama Indonesia. Dan sekarang ini terbukti benar saudara-saudara, di mana-mana model atap stadion temu gelang dikagumi oleh seluruh dunia. Bahwa Indonesia mempunyai satu-satunya main stadium yang atapnya temu gelang. Sehingga benar-benar memukau kepada siapa saja yang melihatnya”
Setelah sempat mengalami renovasi pada tanggal 24 Juli 1962 dan perbesaran pada tanggal 17 Agustus 1962, seminggu kemudian tepat 24 Agustus 1962 SUGBK dibuka untuk pertama kali.
Pada masa Orde Baru GOR ini berubah nama menjadi Senayan. Namun tepat pada era reformasi 1998, Kompleks Olahraga ini kembali dirubah namanya seperti semula sesuai Surat Keputusan Presiden No. 7/2001.
Data stadion :
- Lampu: 1.700 luks
- Jenis Rumput: Zoysia Matrelia Linmer
- Panjang sentel ban: 800 meter
- Panjang lapangan: 110 meter
- Lebar lapangan: 70 meter
- Lintasan Atletik: 400 meter, 8 jalur
- Kapasitas Teribun: 88.000 penonton
Saat ini pemerintah menganggarkan dana sekitar Rp 600 miliar untuk merenovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno untuk menyukseskan Asian Games 2018. Dana tersebut akan diambil dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). dan sudah disetujui DPR. (Uwo-)
Facebook
Twitter
Google+
RSS