
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Tito Karnavian disebut telah ditunjuk PresidenJoko Widodo sebagai calon tunggal Kapolri.
Penggantian Kapolri menyusul purna tugas Jenderal Pol Badrodin Haiti yang memasuki usia pensiun.
Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi, Johan Budi, membenarkan Presiden Joko Widodo mengajukan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teror Komjen (Pol) Tito Karnavian sebagai calon tunggal Kapolri.
Sementara itu, Ketua DPR Ade Komarudin mengaku menerima surat dari Menteri Sekretaris Negara Pratikno pada Rabu (15/6/2016) pagi. Setelah dibuka, kata Ade, isi surat itu terkait pergantian Kapolri, yang mana Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti akan pensiun pada Juli 2016.
Rencananya, Kamis (16/6/2016) esok, pimpinan DPR akan melakukan rapat konsultasi dengan pimpinan fraksi. Kemudian, pimpinan DPR juga akan menggelar rapat paripurna untuk mengumumkan pencalonan Tito sebagai Kapolri.
Komisi III DPR RI baru akan melaksanakan uji kelayakan dan kepatutan atau fit and proper test kepada Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Tito Karnavian pada Rabu (22/6/2016) pekan depan.
Sebelumnya, Tito baru dilantik Jokowi sebagai Kepala BNPT pada 16 Maret 2016. Pangkat Tito pun baru dinaikkan menjadi bintang tiga pada 12 April 2016.
Tito pernah menjabat sebagai Kepala Polda Metro Jaya sejak 12 Juni 2015. Karir Tito terbilang cepat melesat berkat prestasi yang dicapainya.
Tahun 2001, Tito memimpin Tim Kobra berhasil menangkap Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto, putra Presiden pertama RI Soeharto dalam kasus pembunuhan hakim agung Syafiuddin Kartasasmita.
Semasa berkiprah di kepolisian, ia berpengalaman di bidang terorisme. Banyak prestasi yang ia peroleh setelah memimpin tim Densus 88 Polda Metro Jaya. Salah satunya adalah penangkapan teroris Azahari Husin dan kelompoknya di Batu, Malang, Jawa Timur pada 2005. Selain itu, ia juga membongkar jaringan teroris pimpinan Noordin M Top tahun 2009.
Setelah itu, ia diangkat menjadi Kepala Densus 88 Antiteror. Ia hanya memimpin unit tersebut selama setahun, kemudian dimutasi menjadi Deputi Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT.
Dari BNPT, Tito bertolak ke Papua dan memimpin Polda Papua selama dua tahun. Kemudian ia kembali ke Jakarta dan dipercaya sebagai Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kapolri. Setelah itu, barulah dia dimutasi menjadi Kapolda Metro Jaya.
Karir gemilang Tito bisa dilihat dari kesuksesannya semasa sekolah. Tito merupakan lulusan terbaik Akpol tahun 1987 dengan menerima penghargaan Adhi Makayasa. Setelah itu, Tito menyelesaikan pendidikan di University of Exeter di Inggris tahun 1993 dan meraih gelar MA dalam bidang Police Studies.
Ia pun melanjutkan pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) di Jakarta tahun 1996 dan meraih gelar S1 dalam bidang Ilmu Kepolisian. Di PTIK, ia kembali menjadi lulusan terbaik dan mendapatkan Bintang Wiyata Cendekia.
Selain Tito ada enam jenderal bintang tiga lainnya yang juga masuk dalam pencalonan Kapolri.
Calon itu antara lain Irwasum Polri Komjen Pol Dwi Priyatno, Wakapolri Komjen Pol Budi Gunawan, Kepala BNN Komjen Pol Budi Waseso, Kepala Badan Pemelihara Keamanan Polri Komjen Pol Putut Eko Bayuseno, Kapusdiklat Polri Komjen Pol Syarifuddin, dan Sekretaris Utama Lemhanas Komjen Pol Suhardi Alius. (dari berbagai sumber/*Uwo-)
Facebook
Twitter
Google+
RSS