
Media Tata Ruang– Gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar Palu Koro, yang dibangkitkan oleh deformasi dengan mekanisme pergerakan dari struktur sesar mendatar mengiri (slike-slip sinistral). Sesar Palu Koro adalah patahan yang membelah Sulawesi menjadi dua, mulai dari batas perairan Laut Sulawesi dengan Selat Makassar, hingga ke Teluk Bone.
Sebenarnya sesar ini jugalah yang menjadi kekhawatiran di Sulawesi Tengah. Sebab sesar Palu Karo adalah sesar darat terpanjang kedua di Indonesia, setelah sesar besar Sumatera. Pulau Sulawesi terbentuk dari tiga lembeng besar yang saling bertumbukan. Lempeng tersebut adalah lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik. Dalam Peta Sumber Gempa Nasional yang disusun Pusat Studi Gempa Nasional (PUSGEN) tahun 2017, setidaknya ada 48 sesar atau sumber gempa di Pulau Sulawesi.
Tataan geologi-tektonik Sulawesi dikenal sangat kompleks. Pola tektonik Sulawesi dikenal sangat rumit. Kompleksitas tektonik ini juga tampak dari beberapa zona subduksi dan banyaknya sebaran sesar aktif di Sulawesi. Palu Koro merupakan struktur geologi dengan mekanisme pergerakan mendatar mengiri (sinistral strike-slip). Sesar ini membelah Pulau Sulawesi dari Teluk Palu hingga Teluk Bone menjadi dua bagian, yaitu blok barat dan timur.
Mikrokontinen Bangga-Sula merupakan baian dari lempeng yang begitu aktif dan menekan Sulawesi. Hal ini disebabkan adanya pemekaran Laut Banda ke arah barat laut dan tenggara sehingga mendorong Buton dan Banggai ke arah barat. Kedua, pergerakan Banggai-Sula dipengaruhi oleh dorongan Laut Filipina ke arah barat yang dimanifestasikan dengan sesar Sorong-Sula. Berdasarkan hal kawasan Sulawesi menjadi kawasan aktif gempa bumi. (Ghefra R.G.)