Mediatataruang.com–
Saat liburan sekolah, Gunung Rinjani menjadi obyek wisata yang ditunjuk oleh mereka
yang suka camping atau berkemah di kawasan hutan. Dengan banyak nya para
pengunjung ke Gunung Rinjani, menjadikan pekerjaan rumah bagi Balai Taman
Nasional Gunung Rinjani.
Mediatataruang.com
Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Dedy Asriady
mengatakan, sebuah pekerjaan rumah yang berat karena rantai ekosistem mulai
rusak. Kebiasaan pengunjung Rinjani memberikan makanan kepada monyet jadikan
hewan itu ketergantungan.
“Monyet-monyet itu dengan telaten mencari sisa nasi pendaki.
Mengubek-ngubek tumpukan sampah, makan apa saja bahkan tisu bekas membersihkan
sisa makanan. Kita belum tahu, bagaimana kelak monyet-monyet itu beradaptasi
kembali. Makanan yang tak sehat yang terus dikonsumsi dari pengunjung bisa saja
menimbulkan penyakit,” katanya.
Lanjutya mengatakan di Pelawangan, pada Desember 2019, ada
puluhan tenda berjejer. Sisa-sisa makanan, tak habis para pendaki akan dibuang
ke sembarang tempat. Monyet-monyet itu akan bergerumul memungut mie instan,
nasi, hingga tulang ayam.
Sejak Juni-19 Desember 2019, Rinjani dikunjungi 15.662
pendaki, sebanyak 12.250 orang dari mancanegara. Sekitar 3.412 orang dari dalam
negeri. Jumlah ini bisa lebih dari itu, karena sejak gempa Lombok 2018, Rinjani
dinyatakan ditutup hingga Juni. Pada Oktober tutup kembali beberapa pekan
karena kebakaran.
Bagi Dedy, Rinjani adalah kekayaan alam, baik dari flora
fauna, hingga geologi. Untuk itu, pada 2020, eRinjani, aplikasi registrasi
online akan terintegrasi dengan asuransi dan penanganan sampah.
“Jadi akan pencatatan barang bawaan, naik dan turun. Bagi
pelanggar, tentu saja akan mendapatkan sanksi.”
Discussion about this post