Apapun alasannya, keputusan seseorang untuk bermukim di suatu kota adalah hal yang luar biasa sekaligus istimewa.
Jadi tantangan planologi adalah bagaimana agar setiap manusia yang memilih bermukim dan hidup di suatu kota, mensyukuri, menghargai, menghormati, mencintai, berterima kasih, bangga, dan merasa memiliki kotanya.
Maksudnya, mereka tak hanya menumpang hidup di sana. Sekedar mengeksploitasi keuntungan ekonomi. Lalu membawa hasilnya ke daerah lain. Meninggalkan tanggungan beban yang lebih besar dibanding manfaat yang dinikmati kota tersebut.
Planologi harus merumuskan ‘new normal’ penataan ruang yang mampu menjawab seluruh persoalan di atas.
Hal itulah intisari dari gugatan terhadap eksistensi ilmu pengetahuan dan profesi yang saya maksud. Pandemi akibat SARS-CoV-2 saat ini dikenal sebagai COVID-19 (corona virus disease) telah mengingatkan.
Pertama, bagaimana keberadaan suatu kota sesungguhnya bukan merupakan tanggung jawab kolektif warga yang menghuninya.
Discussion about this post