Selain memiliki potensi tambang Uranium berkualitas tinggi, Indonesia juga penghasil logam tanah jarang Thorium. Keduanya adalah bahan baku untuk pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang dapat menjadi motor penggerak berbagai insdustri dan memenuhi kebutuhan listrik seluruh daerah. PLTN harus didorong untuk menopang industrialisasi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi pasca pandemi virus corona, Pakar energy, Dr. Kurtubi, alumnus Colorado School of Mines, Amerika Serikat Ecole Nationale Superieure du Peterole et des Moteurs – IFP, Perancis dan Universitas Indonesia, Dewan pakar ICMI dan HIMNI (Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia)
Mediatataruang – Selain penambangan timah, selama ini Provinsi Bangka Belitung juga menghasilkan logam tanah jarang termasuk THORIUM yang merupakan bahan baku Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Namun selama ini, thorium belum dimanfaatkan. Masih dibiarkan mubazir.
Ini tantangan bagaimana bahan baku energi nuklir ini bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan bangsa dalam menyediakan listrik yang bersih, bebas emisi karbon dan pollutants, aman, serta dengan listrik yg stabil 24 jam. Tepat untuk menjadi base load guna mendukung industrialisasi.
Teknologi PLTN Generasi Ke III plus dan ke IV saat ini sudah sangat aman dengan cost yang semakin kompetitif dengan listrik dari PLTU Batubara yang banyak dipakai di Indonesia dimana sekitar 70% energy mix nasional dari batubara. Meski kita ketahui bahwa PLTU dari energi fossil batubara ini banyak menghasilkan emisi karbon dan pollutants.
Baca Juga : Gubernur, DPD RI, Mahasiswa dan lainnya Gugat UU Minerba
Discussion about this post