Media Tata Ruang – Perempuan berusia 48 tahun ini bernama Aksa Demetouw. Senyumnya ramah memgembang saat kami datang ke rumahnya yang memiliki halaman sangat luas. Di meja tersaji beberapa buah durian matang dari pohon. “Ini dari kebun sendiri,” ujar Aksa menjelaskan. Sesaat kemudian, durian lezat itu tersantap habis oleh kami yang datang siang itu, 28 November 2020. Mahendro Harjianto, Kepala Balai Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung (BPDASHL) Memberamo, Papua, kemudian menjelaskan bahwa Aksa dan kelompoknya adalah masyarakat yang sudah lama melakukan kerja-kerja rehabilitasi dan pengayaan lahan sekitar hutan dan kawasan hutan, baik secara mandiri maupun dengan dukungan pemerintah.
Aksa dan teman-temannya tergabung dalam kelompok tani Wakabu. Jumlahnya sekitar 20 kepala keluarga. Mereka orang asli Kabupaten Jayapura, dari suku Moi. Wilayah adat suku Moi meliputi Distrik Sentani Barat di Kabupaten Jayapura. Dan saat itu, aku bersama beberapa teman dari BPDASHL Memberamo dan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, sengaja berkunjung ke kelompok untuk bertemu dan berdiskusi langsung tentang kegiatan penanaman kelompok ini. Aku bertemu anggota kelompok yang terdiri dari lelaki dan perempuan, tua dan muda.
Discussion about this post