Mediatataruang.com – Menjadi seorang pengurus organisasi profesi membutuhkan banyak keikhlasan berjuang untuk banyak orang, melayani dan memberikan informasi yang dibutuhkan kapanpun tak tentu waktu. Sebagai pengurus organisasi layanan harus sudah paham bahwa waktunya level kedua kepentingan sejajar dengan urusan keluarga dirumah, tak jarang salah pengertian dikeluarga karena urusan organisasi, begitu juga sebaliknya. Organisasi kawah candradimuka pembelajaran mengatur waktu secara lebih bijak.Jika punya masalah di keluarga sebaiknya jangan jadi pengurus organisasi, karena pasti sedikit banyak akan autis dengan kewajibannya melayani anggota organisasinya.
Seorang planner yang terbiasa dengan kegiatan organisasi apalagi organisasi kebidangan akan terasa sangat terbantu dalam menjalani kegiatan keprofesionalannya. Lebih luwes berinteraksi dengan kolega dan masyarakat dimana kegiatan perencanaan lokusnya berada. Berproses dalam kegiatan organisasi menjadikan seorang planner lebih bisa mengatur urgensi sebuah tahapan dari sebuah kegiatan yang sangat dibutuhkan keahliannya dalam kegiatan profesional.
Ketika awal memegang kepercayaan dlm bidang sertifikasi perencana, dengan dibantu teman2 di organisasi melaksanakan kegiatan layanan sertifikasi secara marathon di 9 provinsi dalam 1 bulan. Kegiatan marathon seperti itu sama sekali belum pernah terjadi yang mungkin layak masuk catatan Muri, bahkan kita menetapkan layanan prima dengan kecepatan layanan, jauh lebih cepat dari layanan sebelumnya, diakhir ditutup dengan pelaksanaan layanan sertifikasi Ahli Utama yang diikuti oleh 100 planner dari seluruh provinsi di Indonesia.
.
Dari seluruh bidang yang ada, bagian sertifikasi yang saya pegang, taat laporan mulai dari laporan kegiatan sampai laporan keuangan setiap 6 bulan sekali dilaporkan. Ikut bangga karena bagian sertifikasi satu-satunya bagian yang sangat rapi dan taat asas pelaporan. Karena kita sangat meyakini saat tersebut bagian sertifikasi sudah diputuskan menjadi bagian tak terpisahkan dari organisasi induknya. Meskipun sempat terjadi kesalahpahaman, saat pelaksanaan sertifikasi Ahli Utama, sempat diambil alih seremoni pelaksanaannya, demikian juga dengan beberapa kejadian yang mungkin dilain kesempatan disampaikan dalam topik berbeda.
Semua itu hanya dinamika organisasi, kita masih solid karena ada kesalah pahaman tentang konteks pelaksanaan kegiatan yang semestinya independent dan terpercaya. Menjadikan seluruh proses didalamnya mempunyai legitimasi dan absah dalam penetapan kompetensi peserta uji kompetensi level utama, tidak hanya berdasarkan like n dislike karena unsur pertemanan seharusnya tidak lagi sesuai dengan level kompetensinya yang harus selalu diperjuangkan siapapun yang mendapat mandat mengurusnya.
Uji level ahli utama saat itu bukan hal yang sepele, dibutuhkan orang-orang yang berdedikasi tinggi dan memperhatikan kepentingan kompetensi diatas segala galanya. Seluruh tim teknis asesor ahli utama sudah siap dipimpin oleh bapak Prof Djoko Soejarto (almarhum), dengan anggotanya bapak Dr. If Poernomosidhi (almarhum), bapak Dr. Iwan Kustiwan, bapak Dr. Agus Dwi Witjaksono. Asesor yang saat itu bertugas bapak Hengky, bapak Ibnu Sasongko, bapak Dikdik dan bapak Sulistyono serta saya sendiri.
Sangat solid kepengurusan bidang sertifikasi dengan yang ada di dalamnya hampir seluruh perwakilan pengprov seluruh Indonesia, yang sempat dianggap gila karena lebih banyak dari pengurus utamanya sendiri yang hanya terdiri dari teman-teman di sekitar Jakarta dan Bandung saja. Dulu, sayalah satu satunya orang daerah diluar Jakarta dan Bandung yang ada di kepengurusan inti. Lagi-lagi sebenarnya ada sebuah peristiwa yang mungkin kalau disampaikan disini akan sangat panjang, kita keep dulu buat nanti ya.
Bersyukur karena di kepengurusan saat ini sudah lebih baik dan mengikutkan teman2 didaerah untuk ikut belajar berorganisasi dan mempunyai nilai lebih terkait pembelajaran dalam pengarus utamaan dan kebijaksanaan merangkul kepentingan optimalisasi layanan tata ruang ditengah masyarakat. Dalam organisasilah seorang planner dapat belajar lebih tentang bagaimana akses hubungan keprofesian memberikan akses lebih kepada pengetahuan tentang aspek kebijakan yang diterapkan dalam konsep dan scenario dalam pengembangan wilayah dan kota.
Dalam organisasi seorang planner akan lebih banyak menyerap informasi yang dapat dijadikan sebagai alat bantu untuk merumuskan scenario perencanaan, menentukan alat bantu dalam proses perencanaan dan dengan hubungan organisasi inilah level kompetensinya akan semakin terasah dan mendapatkan pengakuan, karena hampir setiap saat kemampuannya terupdate mengikuti rapat-rapat dan proses legalitas produk perencanaan dari sisi politis.
Terpikir saat itu bahwa seorang planner harus bisa menempatkan diri pada alur yang tepat dimana pun dia berada, karena bagi planner yang “polos” akan sering menjadi “pesuruh” yang selalu menjadi tumpuan dan sasaran interpretasi yang berbeda dalam belantara keprofesiannya. Seorang planner harus punya prinsip dalam melayani layanan keprofesiannya bukan sebaliknya hanya mengiyakan apa yang diminta tanpa paham tujuannya.
Planner harus bisa memberikan second opinion yang jitu terkait sebuah problem perencanaan dan sanggup merumuskan dan memberikan masukan yang benar dan baik kepada team untuk memilih scenario sebuah perencanaan ataupun memberikan masukan terkait problematika dalam proses perencanaan, sebuah kompromi pasti ada, akan tetapi tetaplah teguh pada prinsip perencanaan.
Kita harus menempatkan diri sebagai seorang planner pada posisi sebagai orang yang diminta sesuai dengan kontraktual menjadi seorang yang berhak memberikan pertimbangan dan penilaian teknis sesuai kebidangannya. Rumuskan niat dan tujuan dari setiap jenis kegiatan perencanaan dan jangan pernah ragu untuk memberikan opini teknis yang tepat meskipun itu pahit sekalipun. Akan salah jika hanya diam membebek. Lalu apa artinya seorang planner jika demikian. Planner harus menjadi pendamping bagi pemerintah bukan sebaliknya. Ingatlah kepentingan optimalisasi layanan masyarakat menjadi tujuan yang utama dalam jangka panjang. (*Juniar Ilham)
Discussion about this post