— preamble
Mediatataruang.com – Rabu malam lalu, 18 Agustus 2021 jam 19:30 – 21:30, saya menyelenggarakan diskusi terbatas. Bersama Andy Simarmata, ketua organisasi yang menaungi profesional di bidang penataan ruang wilayah dan kota. Lalu, Deny Zulkaidi. Salah seorang dosen (Lektor Kepala) pada Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Serta Firman Napitupulu yang beberapa bulan sebelumnya telah pensiun dari Kementerian PUPR. Tapi hingga kini, tenaga dan fikirannya masih dilibatkan sebagai Staf Ahli Utama bidang Pemukiman di kantor tersebut.
Saya dan ketiga pembicara yang hadir, pernah sama-sama mengenyam pendidikan S-1 di ITB. Walaupun berbeda-beda angkatan. Pada jurusan yang waktu itu bernama Teknik Planologi. Kini bagian dari Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan.
Tulisan ini merupakan bagian pertama. Katakanlah sebagai pembukanya. Appetizer.
Inisiatif mendiskusikan ‘planologi’ — sebagai bidang dari sains atau engineering (rekayasa) — sebetulnya tak terkait dengan pergantian istilah jurusan maupun fakultas, tempat kami pernah menimba ilmu perencanaan ruang wilayah dan kota dulu. Saya mungkin bisa menggantinya sebagai SAPPK, PWK, atau bahkan ’capruker’. Karena nama tak akan mampu mengubah esensi yang justru di angkat sebagai tema diskusi. Planologi, SAPPK, PWK, atau ‘capruker’ sebagai sains. Lalu satu lagi, sebagai bagian dari disiplin rekayasa atau engineering.
Discussion about this post