Mediatataruang.com – Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata seremoni adalah upacara. Sedangkan menurut catatan Wikipedia, upacara adalah rangkaian tindakan yang direncanakan dengan tatanan, aturan, tanda, atau simbol kebesaran tertentu. Pelaksanaan upacara menggunakan cara-cara yang ekspresif dari hubungan sosial terkait dengan suatu tujuan atau peristiwa yang penting.
Begitu pun dengan Hari Pangan Sedunia yang diperingati warga dunia setiap tanggal 16 Oktober. Peringatan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menghormati Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). FAO sendiri didirikan pada Konferensi Umum ke-20 PBB pada November 1979. Lantas, bagaimana sejarah tanggal 16 Oktober tersebut ditetapkan sebagai Hari Pangan Sedunia?
Mengutip literatur yang ada, saat itu ide penetapan Hari Pangan Dunia dicetuskan oleh Dr. Pal Romany, yaitu seorang delegasi Hongaria yang juga mantan Menteri Pertanian dan Pangan Hongaria. Sejak saat itu hingga kini, setiap tahun setidaknya ada lebih dari 150 negara yang memperingati Hari Pangan Sedunia. Bila pencetusan Hari Pangan Sedunia dilakukan pada bulan Nopember 1979, berarti sampai sekarang kita telah memperingati nya lebih dari 41 tahun.
Peringatan Hari Pangan Sedunia disepakati akan mengusung isu-isu global terkait dengan pembangunan pangan yang dihadapi oleh banyak negara. Itu sebab nya, setiap kita memperingati Hari Pangan Sedunia, maka tema yang diusung nya juga bakal berbeda. FAO sendiri menaruh perhormatan khusus kepada negara kita, karena 5 tahun seusai pencanangan Hari Pangan Sedunia, bangsa kita mampu memproklamirkan diri sebagai negara yang berswasembada beras.
Di sisi yang lain, peringatan Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tanggal 16 Oktober di banyak negara dan bangsa di dunia ini, terekam larut dengan kegiatan yang bersifat seremonial. Di negara kita sendiri kegiatan Hari Pangan Sedunia selalu diisi dengan upacara yang cukup megah dan meriah. Paling tidak, Menteri Pertanian yang akan memimpin acara nya. Terkadang dipimpin Menteri Koordinator. Bahkan Wakil Presiden dan Presiden sendiri sempat memimpin upacara tersebut.
Catatan kritis nya adalah mengapa kita lebih senang mempersepsikan peringatan Hari Pangan Sedunia itu hanya sebatas upacara seremoni, ketimbang mengimplementasikan tema tersebut ke dalam langkah-langkah nyata di lapangan ? Apakah dikarenakan pada peringatan Hari Pangan Sedunia, perwakilan FAO selalu hadir dan kita sebagai anggota FAO harus menghormati keberadaan mereka ?
Atau karena memang kita tidak mau berinovasi guna ‘membumikan’ tema tersebut ke dalam kegiatan aksi di lapangan ? Lebuh parah nya lagi, bila kita melaksanakan peringatan Hari Pangan Sedunia, hanyalah sekedar menggugurkan kewajiban ? Ini yang tidak betul. Kita harus mengingatkan para pengambil kebijakan, peringatan Hari Pangan Sedunia adalah simbol kepedulian dan kecintaan warga dunia terhadap pengelolaan pangan secara berkualitas.
FAO tidak pernah meminta kepada para anggota nya untuk selalu menyelenggarakan upacara peringatan yang mewah dan megah lengkap dengan protokoler nya, namun yang lebih dimintakan adalah bagaimana agar peringatan Hari Pangan Sedunia ini pun mampu melibatkan banyak pihak, khusus nya para pemangku kepentingan di sektor pangan dalam arti luas. Inilah semangat peringatan Hari Pangan Sedunia yang perlu kita cermati secara leb8h seksama lagi.
Memahamkan setiap tema peringatan Hari Pangan Sedunia kepada para pemangku kepentingan, bukanlah hal yang cukup mudah untuk dilaksanakan. Upacara yang megah, tidak memberi jaminan, pesan yang disampaikan para petinggi bangsa dan perwakilan FAO, akan langsung dapat dimengerti oleh masyarakat. Hadir nya seluruh Menteri terkait, Gubernur, Bupati, Walikota seluruh Indonesia, belum tentu mereka itu akan menjadi “corong” yang baik guna meneruskan pesan-pesan yang disampaikan kepada rakyat.
Begitu pula dengan kehadiran petinggi Dinas Ketahanan Pangan Daerah (Provinsi, Kabupaten dan Kota), dalam pagelaran yang umum nya sangat meriah tersebut. Kehadiran mereka seperti nya lebih mengarah kepada “pengespejean” anggaran yang telah dirancang nya setahun yang lalu. Mereka tampak seperti turis-turis domestik yang setiap tahun berkunjung ke daerah yang ditunjuk jadi penyelenggara Hari Pangan Sedunia. Mereka berbondong-bondong jalan-jalan guna menyerap anggaran yang sudah direncanakan sebelum nya.
Dihadapkan pada persoalan yang demikian, tentu penting dicari solusi cerdas, agar setiap peringatan Hari Pangan Sedunia atau pun peringatan yang lain nya, dapat memadukan antara cita-cita ideal dengan fakta kehidupan yang ada di lapangan. Selain itu, dapat pula merajut antara “semangat mengecat langit” dengan langkah-langkah “membumikan” ke dalam dunia nyata kehidupan. Inilah sesungguh nya pekerjaan penting di masa kini dan mendatang.
Dalam berbagai kegiatan, sebaik nya kita mulai keluar dari jebakan seremoni yang terkadang tidak membawa keberlanjutan program yang digulirkan. Oleh karena nya, kalau peringatan Hari Pangan Sedunia 2021 mengangkat tema utama Keamanan Pangan, maka sedini mungkin kita harus mampu mencari akar masalah dari keamanan pangan yang kita hadapi selama ini. Hal ini penting dipikirkan agar seusai peringatan Hari Pangan Sedunia 2021 ini, kita mampu melakukan aksi nyata di lapangan. Sebab, betapa sedih nya, bila isu Keamanan Pangan ini hanya selesai di agenda seremoni semata.
Ada lima faktor teknis yang direkomendasikan oleh WHO dalam penyediaan pangan yang aman, yaitu: menjaga kebersihan, mencegah terjadinya pencemaran, menyimpan makanan pada suhu yang aman, memanaskan makanan pada suhu yang tepat, serta menggunakan air dan bahan baku yang aman dikonsumsi. Soal Keamanan Pangan ini kita telah memiliki Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 2019. PP ini mencabut PP 28 tahun 2004 tentang Kemanan, Mutu dan Gizi Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 107 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4424).
Dijadikan nya Keamanan Pangan sebagai PP tersendiri dan tidak lagi disatukan dengan Mutu dan Gizi Pangan, tentu Pemerintah memiliki tujuan tersendiri. Keamanan Pangan adalah masalah penting bagi suatu bangsa yang mendambakan ketahanan pangan yang kokoh. Keamanan pangan adalah kondisi yang harus kita garap dengan serius. Kita tidak boleh lagi bermain-main dengan urusan pangan. Kita penting untuk memastikan bahwa pangan yang akan dikonsumsi masyarakat sudah aman dari berbagai masalah, mulai dari cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu kesehatan.
Jebakan seremoni dalam setiap peringatan Hari Pangan Sedunia, sudah waktu nya kita hentikan. Seremoni memang perlu, namun bukan segala nya. Seremoni hanyalah sinyal pengingat tentang ada nya momen penting dan strategis untuk diketahui oleh segenap warga bangsa. Justru yang harus disiapkan lebih serius adalah apa yang sepantas nya digarap setelah seremoni dilakukan. Adakah terobosan yang lebih cerdas ? Adakah inovasi dan teknologi yang perlu dibewarakan kepada masyarakat ? (*Entang Sastraatmadja
, Ketua Harian DPD HKTI Jawa Barat).
Discussion about this post