Apa saja pertanyaan-pertanyaan mendasar itu?
PERTAMA:
“Mengapa Ibu Kota Negara perlu dan harus dipindahkan dari Jakarta?”
Jawaban dan penjelasan atas pertanyaan utama yang ringkas dan sederhana itu — jika gagasan pemindahan Ibu Kota Negara dimaksud, sudah dilatar belakangi kajian yang menyeluruh dan terpadu terhadap aspek-aspek terkaitnya — tentu mampu menawar, menepis, bahkan meluruskan setiap keraguan yang mengemuka.
Ibu kota yang sedang digagas penerintahan Joko Widodo, tentunya tak semata dilatar belakangi urusan ruang urban. Hal yang kerap dinarasikan secara serampangan sebagai beban berlebih Jakarta. Sebab, bagi mereka yang paham, berkecimpung, dan mumpuni pada keahlian penataan ruang, beban berlebih ruang urban tak semata dialami Jakarta. Tapi justru hampir merata pada seluruh kota-kota di Indonesia. Mulai dari skala kecamatan hingga propinsi.
Seperti Jawa Barat, misalnya.
Di propinsi yang bertetangga langsung dengan DKI Jakarta itu, 70% penduduknya tercatat sebagai warga pedesaan. Tapi hampir 80% umat manusia yang hidup di propinsi itu, dikategorikan sebagai masyarakat perkotaan. Yakni mereka yang sehari-hari bersentuhan langsung, menjadi bagian, mengambil manfaat, berperan strategis, sekaligus membebani kawasan urban (perkotaan) yang jadi gantungan kehidupannya.
Discussion about this post