Media Tata Ruang – JAKARTA, Direktur Eksekutif Center of Energy and Resources Indonesia (CERI) Yusri Usman menerangkan bahwa berbagai kebijakan Kemendag untuk mengatasi kelangkaan dan kemahalan harga minyak goreng di negara produsen Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia dinilai telah gagal. Serta mempertanyakan Program Biodesel berbasis CPO.
“Menteri Perdagangan pada Febuari 2022 lalu, pernah menyatakan bahwa salah satu biang kerok langka dan mahalnya minyak goreng disebabkan CPO (Crude Palm Oil) yang telah digunakan untuk program biodiesel, yaitu B30 sebanyak 10,15 juta kilo liter pada tahun 2022 atau 43% dari total konsumsi CPO dalam negeri. Sementara sebelumnya pada tahun 2021 sebanyak 9,41 juta kilo liter,” kata Yusri dalam keterangan persnya, Rabu (6/4).
Kemudian, kata Yusri, Dirut Pertamina Nicke Widyawati telah mengakui juga, bahwa untuk memproduksi B100 di kilang bisa dan berhasil dilakukan, tapi harganya yang tidak ekonomis.
“Hal tersebut, dilansir dari Pertamina Energia Weekly pada 29 Maret 2022. Ditulis bahwa Pertamina saat ini baru bisa menjalankan B30 dari blending Solar 70% dan FAME 30%, namun kilang Pertamina sudah bisa memproduksi B100, tapi harga sawitnya ini, jika Pertamina jual B100 gak ada yang bisa beli, harganya mahal,” ucapnya.
Discussion about this post