Media Tata Ruang — Bandung – Sikap tegas ini mendukung apa yang disampaikan Walikota Bandung, Yana Mulyana yang menolak ibukota dipindahkan karena alasan yang mungkin tidak semua orang paham, mengapa beliau menolak?
Perpindahan Ibukota tidak sederhana, apalagi hanya karena desakan para investor yang telah mempersiapkan kota itu dalam “business plan” mereka. Tentu dikemudian hari memberi kemudahan kepada permukiman dan bisnis yang diletakkan sekitar ibukota baru itu.
Ibukota lama yang masih sangat layak, ditinggalkan begitu saja sungguh menjadi beban tambahan anggaran sementara yang baru harus dibangun. Belum pulih dari “badai” pandemi Covid – 19. Dunia kini sedang dihadapkan pada krisis, akan terdampak parah kepada Indonesia pada 2023. Paling tidak itu yang sering kita dengar dari Menkeu dan Presiden.
Pemindahn Ibukota awalnya dari bisik-bisik dan kasak-kusuk. Apakah ada dokumen perencanaan dan keputusan legislasinya, nggak jelas juga. Kalau ada jelas ngawur ini mah. Eh, tiba-tiba dalam kunjungan Presiden ke Bandung, terdengar dari mulut Dirut PT. KCIC, kemungkinan Ibukota Jawa Barat pindah ke Tegalluar, Bojongsoang, Kabupaten Bandung. Ini yang membuat sebagian besar warga Kota Bandung protes termasuk Walikota, kang Yana.
Discussion about this post