Media Tata Ruang – Pengrajin tahu dan tempe yang tergabung dalam Paguyuban Tahu Tempedi Jawa Barat kembali menggelar aksi mogok produksi selama 3 hari (17 sd 19 Oktober 2022) karena harga kedele impor melonjak cukup tinggi. Mogok berproduksi para pengrajin tahu dan tempe bukanlah untuk yang pertama kali dilakukan. Beberapa waktu yang lalu pun, ketika harga kedele impor naik cukup tinggi, para pengrajin tahu dan tempe, selalu melakukan aksi mogok produksi.
Semangat utama dari aksi mogok produksi pengrajin tahu dan tempe ini, sebetul nya lebih dilandasi oleh “moral force” mereka terhadap suasana yang tengah tercipta. Mereka ingin mengingatkan para pengambil kebijakan bahwa ada persoalan serius dengan harga kedele di dalam negeri. Mereka berharap agar Pemerintah mampu mencarikan solusi cerdas, agar masalah ini segera dapat tertangani.
Langkah pengrajin tahu dan tempe yang menggelar aksi mogok produksi, sebetul nya tidak perlu terjadi, sekira nya Pemerintah mulai menerapkan pendekatan deteksi dini. Dengan pendekatan ini, Pemerintah tentu telah mengantisipasi bagaimana harga kedele impor, jika terjadi gagal panen karena terjadi nya cuaca ekstrim. Begitu pun kalau tanda-tanda krisis pangan global sudah mulai berkelap-kelip. Bahkan jika terjadi perang pun dapat saja memicu kenaikan harga di pasar internasional.
Discussion about this post