MEDIA TATARUANG – Sesar atau patahan penyebab gempa bumi di Kabupaten Cianjur Jawa Barat yang terjadi pada Senin 21 November 2022 masih misterius.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) termasuk para ahli geologi lainnya semula menduga penyebab gempa dengan Magnitudo 5,6 itu bersumber di sesar Cimandiri.
Namun dugaan tersebut ternyata meleset setelah diketahui ternyata episentrum gempa terletak di darat pada koordinat 107,05 BT dan 6,84 LS, berjarak sekitar 9,65 km barat daya Kota Cianjur, tepatnya di kaki gunung Gede wilayah Kecamatan Cugenang pada kedalaman 11 km.
Pusat gempa tersebut cukup jauh dari sesar Cimandiri yang membentang dari Palabuanratu Kabupaten Sukabumi sampai wilayah Kota Cimahi.
Dihimpun dari berbagai sumber, ahli geologi Awang Harun Satyana menyebut gempa Cianjur terbilang gempa moderat yang daya rusaknya setara dengan gempa Bantul Yogyakarta yang terjadi pada 27 Mei 2006 lalu.
Meski magnitudonya hanya 5,6 tetapi daya rusak gempa Cianjur telah menyebabkan kerusakan berat. Ratusan bangunan bahkan ambruk rata dengan tanah, termasuk juga memicu longsor besar.
Menurutnya, dahsyatnya daya rusak gempa Cianjur itu karena pusat gempa cukup dangkal yakni 11 km di bawah permukaan bumi, yang diperparah dengan kontur tanah berupa lereng kaki gunung.
Selain itu, tanah yang terbentuk di pusat gempa berasal dari pelapukan endapan gunungapi berumur muda yang belum cukup terkonsolidasi. Akibatnya energi gempa tidak segera hilang, malah teraduk-aduk bahkan menguat (amplifikasi) di permukaan.
Mengenai sifat tanah, secara rinci oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui keterangan tertulisnya, yang menjelaskan bahwa wilayah ini secara umum tersusun oleh endapan Kuarter berupa batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff) dan aluvial sungai.
Sebagian batuan rombakan gunung api muda tersebut telah mengalami pelapukan, di mana endapan kuarter tersebut pada umumnya bersifat lunak, lepas, belum kompak (unconsolidated) yang bisa memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang telah mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi, kedalaman dan data mekanisme sumber dari BMKG dan GFZ Jerman, maka kejadian gempa bumi ini diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif.
Keberadaan sesar aktif tersebut hingga kini belum diketahui dengan baik karakteristiknya, dan lokasinya berada pada bagian timur laut zona sesar Cimandiri.
Lebih lanjut Awang menjelaskan, penyebab lain gempa Cianjur ini berdampak pada kerusakan parah adalah konstruksi bangunan yang umumnya tidak tahan gempa.
Dari hasil penyelidikan geofisika, Awang menduga ada dua kemungkinan sesar penyebab gempa Cianjur, yakni sesar tua seumur Sesar Cimandiri atau sekitar 20 juta tahun, yang tidak terpetakan.
Tidak terpetakan karena tertutup endapan gunung api muda atau di bawah 1 juta tahun, tetapi bergerak kembali mematahkan batuan sehingga membangkitkan gempa.
Penyebab kedua, kata dia, adalah sesar yang baru terbentuk oleh proses geologi yang menekan wilayah Jawa Barat dan menyebabkan patahan batuan, lalu terjadi gempa.
Sampai hari Jumat (25/11/2022) pukul 06.00 WIB, BNPB melaporkan jumlah korban tewas akibat gempa Cianjur tercatat sebanyak 310 orang, di mana 24 orang masih dalam pencarian.*
Discussion about this post