MEDIA TATARUANG – Paling tidak, ada dua persoalan serius, mengapa lahan pertanian pangan pantas disebut krisis lahan pertanian. Pertama karena terjadinya alih fungsi lahan pertanian pangan produktif ke non pertanian yang terekam semakin membabi-buta, dan kedua adanya fakta, lahan pertanian pangan, khususnya sawah, kini sedang sakit parah, karena lebih dari 50 tahun, terus-terusan dibombardir oleh penggunaan pupuk kimia.
Di negeri ini, alarm krisis lahan pertanian sendiri, sebetulnya telah berkelap-kelip sejak lama. Anehnya, jarang sekali para penentu kebijakan, baik di tingkat Pusat atau Daerah yang serius mencermatinya. Alih fungsi dan semakin tidak sehatnya lahan pertanian pangan dinilai sebagai hal yang biasa-biasa saja, sehingga tidak ada penanganan serius yang ditempuh Pemerintah.
Ironis memang. Di saat para pegiat konservasi lingkungan dan lahan berjuang untuk menekan alih fungsi lahan yang membabi-buta, ternyata para penentu kebijakan terlihat seperti yang tidak hirau atas fenomena yang tengah berlangsung. Lebih sedihnya lagi, Pemerintah seperti yang kurang peduli dengan semakin mengecilnya “ruang pertanian”. Mereka dengan gampang, seolah tanpa beban, merevisi RTRW sesuai dengan kepentingan masing-masing.
Discussion about this post