“Dek, bisa ke sini? Ada yang penting untuk didiskusikan.” Itu kira-kira telepon atau pesan dari Effendi Saman jika ingin bertemu. Dan aku hampir pasti meluangkan waktu karena biasanya memang ada hal tertentu untuk dibahas. Entah itu masalah advokasi korban pinjaman online, nasib Taman Ismail Marzuki yang menurutnya tak patut dijauhkan dari para budayawan, isu mafia tambang dan lingkungan, serta banyak lagi hal lainnya. Aku memang sering tak terlibat dalam isu yang digelutinya. Tapi menjadi pendengar dari seorang Abang Senior, yang kepalanya dipenuhi isu pembelaan terhadap ketidakadilan, baginya lebih dari cukup.
Bang Epek atau Effe — demikian ia biasa dipanggil — memang hampir pasti tak pernah tenang pada ketidakadilan. Dan inilah yang membuatnya sejak muda sudah mendirikan Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN), mendorong konsolidasi para aktivis melalui komunitas Prodem, dan banyak lagi lainnya. Pikiran dan hatinya seakan tak pernah berhenti untuk memikirkan bagaimana agar negeri ini lebih baik, adil dan demokratis. Denyut jantungnya juga tak pernah lepas dari empati terhadap korban, termasuk ribuan korban pinjaman online, yang secara probono didampinginya (litigasi dan nonlitigasi) untuk mendapat perhatian dari negara.
Discussion about this post